TERUMBU KARANG DI PERAIRAN LAUT KABUPATEN MUNA


Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang terdiri dari sekelompok binatang karang yang membentuk struktur kalsium karbonat, semacam batu kapur. Ekosistem ini menjadi habitat hidup berbagai satwa laut.

Terumbu karang bersama-sama hutan mangrove merupakan ekosistem penting yang menjadi gudang keanekaragaman hayati di laut. Dari sisi keanekaragaman hayati, terumbu karang disebut-sebut sebagai hutan tropis di lautan.

DSC05618

Selain sebagai habitat hidup sejumlah spesies binatang laut, ekosistem terumbu karang juga menjadi tempat pemijahan, peneluran dan pembesaran anak-anak ikan. Dalam ekosistem ini terdapat banyak makanan bagi ikan-ikan kecil. Diperkirakan terdapat lebih dari satu juta spesies mendiami ekosistem terumbu karang ini.

Di perairan laut Kabupaten Muna, luas kawasan terumbu karang mencapai 38.391 hektar. Kawasan terumbu karang tersebut tersebar diseluruh wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Muna.

Keindahan terumbu karang di Kabupaten Muna tidak kalah dari terumbu karang yang ada Raja Ampat, Bunaken ataupun Wakatobi. Tercatat ada 5 (lima) Jenis terumbu karang di perairan laut Kabupaten Muna yakni Acropora, Montipora, Pectinia, Galatea, dan Lobopilya.

DSC05681

Secara umum, kondisi terumbu karang di perairan laut Kabupaten Muna masih tergolong bagus dan sangat bagus seperti yang terdapat di sekitaran perairan Tanjung Laiworu, Raimuna, Teluk Ghoghombio, Pasir Putih, Pulau Munante dan sekitaran perairan Bonea. Pada titik-titik tersebut, tutupan terumbu karanya berkisar antara 51 persen – 82 persen.

Terumbu karang di lokasi lain seperti perairan Pulau Lima, Torega, Anangkalau, Pulau Tobea, Pulau Bontu-Bontu, Tanjung Meleura, dan mercusur sekitaran Dermaga Raha, kondisinya tergolong sedang dengan tutupan karang berkisar antara 26 persen – 50 persen.

Sementara terumbu karang di peraiaran sekitaran danau asin Napabale dan Nanasi, teridentifikasi dalam kondisi rusak dengan tutupan karang kurang dari 25 persen. Biasanya, kerusakan terumbu karang dipicu oleh aktivitas penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom atau racun sianida. Selain itu, kerusakan juga terjadi akibat pengambilan batu karang ataupun karena faktor perubahan iklim akibat pemanasan global.**la ode muhammad ramadan**

Silakan berkomentar dengan santun

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.