Melestarikan Alam Bersama Mahasiswa Perikanan di Tanah Muna


Dipenghujung Oktober 2022, saya mendapatkan amanah untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang terumbu karang kepada para mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di tanah Muna.

Tugas saya saat itu adalah memaparkan materi pentingnya melestarikan ekosistem terumbu karang, dalam suatu kegiatan transplantasi terumbu karang yang digelar oleh Himpunana Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan (HMPS BDP) STIP Wuna di Danau Air Asin Napabale, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna.   

Sebagai rangkaian peringatan hari sumpah pemuda, 28 Oktober, para mahasiswa perikanan STIP Wuna dengan mengundang mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya, memanfaatkan momentum tersebut untuk suatu upaya melestarikan alam dengan kegiatan transplantasi terumbu karang. Upaya ini merupakan salah satu langkah positif karena terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya.  

Dihadapan para mahasiswa, saya memaparkan banyak hal terkait terumbu karang. Bahwasanya terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang bersimbiosisi dengan sejenis tumbuhan algae yang disebut zooxanthellae. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip.

Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut, disamping hutan bakau atau hutan mangrove dan padang lamun.

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari, kurang lebih 50 meter di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.

Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami.

Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.

Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya.

Berdasarkan letaknya, terumbu karang meliputi terumbu karang tepi (fringing reefs); terumbu karang penghalang (barrier reefs); terumbu karang cincin (attols); dan terumbu karang datar (patch reefs).  

Berdasarkan type substrat, terumbu karang meliputi Hard Coral Live (HCL) atau karang keras hidup; Hard Coral Die (HCD) atau karang keras mati; Soft Coral (SC) atau karang lunak; serta batu dan pasir.  

Sementara berdasarkan bentuk pertumbuhannya, terumbu karang meliputi karang branching/bercabang, karang submassive, karang encrusting/kerak, karang tabulate/meja, karang foliose, karang mushroom, karang massive, dan karang mixed/campuran.

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah:

(1), sebagai habitat (tempat hidup) ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, dan lainnya.

(2), tempat pemijahan dan pembesaran anak-anak ikan.

(3), pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya.

(4), penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.

Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa ini yang tak ternilai harganya. Luas kawasan terumbu karang di Indonesia sekitar 60.000 km persegi atau sekitar 6 juta hektar.

Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2019, dengan pengamatan di 1.153 titik, kondisi sangat baik hanya 6,42%, kondisi baik 22,38%, kondisi cukup 37,38%, dan buruk sekitar 33,82%.

Di Kabupaten Muna, luas kawasan terumbu karang sekitar 39.000 hektar. Kondisinya (berdasarkan pengamatan yang dilakukan melalui program Pengelolaan Akses Area Perikanan/PAAP) meliputi; sangat baik sekitar 8 persen, kondisi baik sekitar 25 persen, kondisi cukup sekitar 40 persen, dan kondisi buruk sekitar 27 persen. (…….kriteria SANGAT BAIK : tutupan terumbu karangnya di atas 80 persen); (BAIK : tutupan terumbu karangnya antara 51 – 80 persen); (CUKUP : tutupan terumbu karangnya antara 26 – 50 persen); (BURUK : tutupan terumbu karangnya kurang dari 26 persen)).

Dewasa ini, kerusakan terumbu karang di Indonesia, termasuk di Kabupaten Muna meningkat secara pesat. Beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan rusaknya terumbu karang adalah :

(a), Penangkapan ikan dengan cara tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan bom dan/atau bius ikan.

(b), Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut.

(c), Penggunaan pupuk dan pestisida buatan yang tidak terkontrol dan tidak terkendali. Seberapapun jauh letak kawasan pertanian/perkebunan dari laut, residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga.

(d), Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.

(e), Penambangan pasir laut.

(f), Pembangunan pemukiman di daerah pesisir pantai.

(g), Reklamasi pantai.

(h), Polusi/pencemaran.

(i), Pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.

(j), Efek pemanasan global. Kenaikan suhu permukaan bumi, akan berdampak buruk bagi terumbu karang. Kenaikan 1-2 derajat celsius saja bagi terumbu karang, bisa berpengaruh bagi kehidupan mereka.

(k), Membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang

(l), Terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.

Terumbu karang memiliki nilai ekologis sebagai penyedia habitat, sampai pengasuhan biota laut. Juga pelindung wilayah pantai dan mencegah dampak erosi.

Dengan menjaga ekosistem terumbu karang, kita sudah melakukan upaya untuk turut menjaga keanekaragaman hayati di laut.

Terumbu karang yang sehat juga mampu mengurangi pemanasan global. Hasil metabolisme organisme di terumbu karang berupa kerangka kapur kalsium karbonat C2Co3 dapat berkontribusi dalam menyerap rantai karbon di laut. Bisa dikatakan dapat mengurangi pemanasan global.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian terumbu karang meliputi :

(Pertama), riset ilmiah untuk mengetahui kondisi terumbu karang di suatu wilayah/kawasan dan masalah yang dihadapi.

(Kedua), melakukan rehabilitasi terumbu karang yang rusak.

(Ketiga), peningkatan kapasitas masyarakat. Masyarakat yang tahu kondisi di daerah, dengan cara meningkatkan kapasitas mereka maka bisa lebih optimal menjaga terumbu karang,

(Keempat), Menggugah kepedulian para pihak dan pemangku kepentingan untuk mau bergerak menjaga terumbu karang, seperti magang mahasiswa. Dalam kegiatan ini, mahasiswa berkesempatan belajar dan dibekali teori dan terjun langsung perawatan terumbu karang mulai telaah masalah, hingga bagaimana aksi pemulihan.

(Kelima), TIDAK membom dan/atau membius ikan, tidak membuang sampah di lautan, tidak mengeksploitasi pasir laut, dan ekosistem laut lainnya.*

penulis & pemateri : la ode muhammad ramadan

Silakan berkomentar dengan santun

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.